Setelah postingan sebelumnya mengulas sejarah prangko dunia
yang bercerita tentang Prangko pertama diterbitkan di Inggris pada tanggal 6
Mei 1840, setelah itu berkembang ke beberapa negara termasuk Indonesia. Di
Indonesia prangko berkembang dengan melalui beberapa periode yaitu :
Masa Penjajahan Belanda
Pada masa tersebut di Indonesia telah dipergunakan prangko
" Raja Willem III" yaitu pada tahun 1864. Prangko pada zaman Hindia
Belanda ini berwarna merah anggur dan memuat gambar Raja Willem III dari
Belanda dalam bingkai berbentuk persegi, pada bagian atas prangko terdapat
tulisan " 10 cent" dan pada bagian bawahnya memuat tulisan "
Postzegel" pada bagian sebelah kiri memuat tulisan " Nederl" dan
pada bagian kanan memuat tulisan" Indie".prangko Hindia Belanda
pertama ini tidak berperforasi (tanpa gigi), dicetak di negeri Belanda
(Utrecht) sebanyak 2.000.000 prangko. Gambar prangkonya dirancang oleh T.W
kaisar dari Amsterdam.
Masa Pendudukan Jepang
Sesudah pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat
kepada bala tentara jepang tanggal 8 Maret 1942, Pemerintah Sipil dilakukan
dibawah Pimpinan Angkatan Perang Jepang. Pada awal Pendudukan Jepang persediaan
prangko Jaman Belanda masih banyak. Karena prangko baru belum sempat dicetak, prangko-prangko lama tetap dipergunakan dengan membubuhkan cetak tindih yang
mempergunakan huruf Jepang. Gambar-gambar cap tersebut ada yang berupa "
Binatang" seperti didaerah Aceh, ada yang berbentuk" Palang"
seperti di Sumatra utara dan ada yang berwujud "Jangkar" seperti
didaerah Indonesia Timur. Cetak tindih tersebut memuat kata "Dai Nippos
Yubin Kyoku". Setelah melalui masa cetak tindih maka pada tahun 1943
diterbitkan prangko-prangko Jepang yang bergambarkan bola dunia dengan peta
kerajaan Jepang, kerbau yang sedang membajak, pantai laut dan lain-lain.
Masa Perang Mempertahankan Kemerdekaan
Bangsa Indonesia tidak melewatkan peluang emas pada hari
hari terakhir perang dunia kedua ketika Jepang menyerah kepada sekutu dengan
memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, tetapi
pengambilalihan kekuasaan tidak berjalan dengan mulus, karena bala tentara
Jepang tidak mau menyerahkan kekuasaan dan persenjataan mereka kepada pihak
Indonesia. Demikian pula dengan pelayanan pos, selama lebih dari sebulan setelah
Proklamasi Kemerdekaan RI masih ditangani olah Dinas Pos Jepang. Tetapi tanggal 29 September 1945, tentara Belanda yang
membonceng tentara sekutu yang bertugas melucuti persenjataan Jepang mendarat
di Batavia, terjadilah perang fisik yang paling berdarah dalam sejarah bangsa
Indonesia yang menelan korban lebih dari 1 juta jiwa. Perang berlangsung sejak
Oktober 1945 s.d akhir 1949.
Dari sudut Filateli masa tersebut sangat menarik karena ada
3 pelayanan pos yang diselenggarakan oleh dua negara yang bermusuhan diatas
wilayah yang sama. Dikota-kota besar yang berhasil direbut Belanda berlangsung pelayanan
pos dengan menggunakan prangko Ned-Indie, dilain pihak daerah yang masih
dikuasai oleh RI pelayanan pos diselenggarakan oleh Djawatan PTT dengan
menggunakan Prangko Indonesia. Prangko pertama yang dicetak oleh Pemerintahan Republik Indonesia yaitu "Memperingati setengah tahun merdeka", dalam
memperingati 1 tahun Merdeka Pemerintah Indonesia menerbitkan prangko seri
Revolusi tanpa perekat yang pada waktu di cetak di Jakarta.
Masa Demokrasi Liberal
Pada awal tahun 1950 setelah berakhirnya masa Perang Kemerdekaan,
PTT Indonesia memulai lembaran baru dalam sejarahnya. Sebagai akibat taktik bumi
hangus gerakan-gerakan gerilya pejuang, berpuluh-puluh Kantor Pos, Kantor
Telegrap dan Kantor Telepon hancur. Hal ini merupakan tantangan bagi PTT karena
dengan kejadian tersebut merupakan hambatan terhadap lancarnya usaha pengluasan
dan pembangunan Jawatan PTT. Salah satu
sumber pendapatan Jawatan PTT untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
eksploitasi Perusahaan adalah hasil penjualan benda-benda pos, antara lain berbagai
jenis prangko, sampul, warkatpos, kartupos, kupon balasan internasional
formulir-formulir dan lain-lain. Dalam memnuhi kebutuhan tersebut maka diadakan
pembaharuan kontrak antara Jawatan PTT
dengan N.V Joh.Enschede en Zonen di Haarlem (Negeri Belanda) untuk pencetakan
prangko harga Rp 1,- keatas dalam masa 5
tahun mulai tanggal 1 Januari 1950.
Pada permulaan tahun 1950 mulai terdapat prangko : Prangko
biasa seri Angka(smelt) yang terbit pada tanggal 1-1-1949, Prangko Biasa seri
Bangunan(dengan gambar rumah dan candi) yang terbit pada tanggal 1-9-1949,
Prangko Peringatan UPU seri UPU yang terbit pada tanggal 1-10-1949. Pada awal
1950 sebagian dari sisa persediaan Prangko Seri Angka dan Seri Bangunan
dibubuhi cetak tindih "R.I.S" dan selama tahun 1950 diterbitkanlah
prangko-prangko seperti Prangko RIS yang terbit pada tanggal 17-1-1950, Prangko
Peringatan Seri Garuda diterbitkan pada tanggal 17-8-1950 dll.
Masa Demokrasi Terpimpin
Pada tahun 1959-1965 banyak juga prangko yang diterbitkan
seperti Prangko Biasa, Prangko Peringatan, Prangko Istimewa dan Prangko Amal.
Untuk memperingati Dekrit Presiden Soekarno tanggal 5 Juli 1959 yang menyatakan
berlakunya kembali Undang-undang dasar 1945, dikeluarkanlah pada tanggal
17-8-1959 Prangko Peringatan "Berlakunya kembali UUD 1945" prangko
tersebut terdiri dari 4 buah dengan harga 20 sen, 50 sen, 75 sen, Sampul Hari
Pertama diterbitkan dengan harga Rp 7,50,-. Pada tanggal 26-10-1959 diterbitkan
Prangko Peringatan seri Konperensi Kolombo ke II berhubung diadakannya Konperensi
Rencana Kolombo ke II di Yogyakarta. Dalam tahun 1960 dikeluarkan Prangko
Peringatan seri "Kongres Pemuda Seluruh Indonesia", tahun Pengunsi
Sedunia, seri Hari Kesehatan Sedunia."Pembasmian Malaria" dan
prangko amal seri "Hari SosialĂ" dan prangko biasa seri Presiden dan seri
Hasil Bumi. Pada tahun 1962 bertalian dengan Asian games ke IV di Jakarta
tanggal 22 Agustus 1962 s.d 6 September 1962 diterbitkan seri Asian Games. Pada
tahun 1963 diantaranya diterbitkan seri Bendera Merah Putih, dan pada tahun
1964 diterbitkan seri Presiden,Transport dan Komunikasi.
Selama masa Demokrasi Terpimpin ini Jawatan PTT, PN Postel
dan PN Pos dan Giro mempunyai fungsi sosial dalam pengumpulan dana bagi
badan-badan sosial memberikan hasil bersih dari harga tambahan prangko-prangko
amal kepada badan-badan sosial.
Masa Orde Baru
Perkembangan prangko dimasa Orde Baru mulai tangggal 11
maret 1966 s.d akhir tahun 1980, banyak prangko yang telah diterbitkan sebagai
contoh mulai dari prangko Pahlawan Revolusi yang terbit pada tahun 1966 s.d
prangko Peringatan 10 Tahun AOPTS ( Asian Oceanic Postel Training School) yang
terbit pada tanggal 10-9-1980. Berbagai
jenis prangko telah diterbitkan oleh pemerintah Indonesia semakin hari semakin
baik prangko yang diterbitkan baik dari desain maupun bahannya.
dibuat dari berbagai sumber