Selasa, 28 Januari 2014

Katalog Prangko Dunia (STAMP CATALOGUE IN THE WORLD)

Saya sedang iseng-iseng mencari ada tidak katalog prangko online yang cukup lengkap? Ternyata ada dan saya menemukannya. Saya cek isinya (prangko Indonesia) dan informasinya cukup akurat, namun untuk negara lain saya belum mengetahui kelengkapannya karena saya tidak mengetahui secara pasti.

Katalog Prangko Dunia
Teman-teman bisa mengakses StampWorld.com untuk mengetahui atau mencari informasi prangko dari berbagai negara. Untuk bisa mengakses secara keseluruhan bisa register dahulu dan tidak dipungut biaya. Untuk mengenai fitur-fiturnya saya belum sempat mencobanya, nanti dilain kesempatan saya akan sharingkan apa yang bisa didapatkan dari katalog online ini.

Salam filateli...

Sejarah Prangko Indonesia


Setelah postingan sebelumnya mengulas sejarah prangko dunia yang bercerita tentang Prangko pertama diterbitkan di Inggris pada tanggal 6 Mei 1840, setelah itu berkembang ke beberapa negara termasuk Indonesia. Di Indonesia prangko berkembang dengan melalui beberapa periode yaitu :

Masa Penjajahan Belanda
Pada masa tersebut di Indonesia telah dipergunakan prangko " Raja Willem III" yaitu pada tahun 1864. Prangko pada zaman Hindia Belanda ini berwarna merah anggur dan memuat gambar Raja Willem III dari Belanda dalam bingkai berbentuk persegi, pada bagian atas prangko terdapat tulisan " 10 cent" dan pada bagian bawahnya memuat tulisan " Postzegel" pada bagian sebelah kiri memuat tulisan " Nederl" dan pada bagian kanan memuat tulisan" Indie".prangko Hindia Belanda pertama ini tidak berperforasi (tanpa gigi), dicetak di negeri Belanda (Utrecht) sebanyak 2.000.000 prangko. Gambar prangkonya dirancang oleh T.W kaisar dari Amsterdam.

Masa Pendudukan Jepang
Sesudah pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada bala tentara jepang tanggal 8 Maret 1942, Pemerintah Sipil dilakukan dibawah Pimpinan Angkatan Perang Jepang. Pada awal Pendudukan Jepang persediaan prangko Jaman Belanda masih banyak. Karena prangko baru belum sempat dicetak, prangko-prangko lama tetap dipergunakan dengan membubuhkan cetak tindih yang mempergunakan huruf Jepang. Gambar-gambar cap tersebut ada yang berupa " Binatang" seperti didaerah Aceh, ada yang berbentuk" Palang" seperti di Sumatra utara dan ada yang berwujud "Jangkar" seperti didaerah Indonesia Timur. Cetak tindih tersebut memuat kata "Dai Nippos Yubin Kyoku". Setelah melalui masa cetak tindih maka pada tahun 1943 diterbitkan prangko-prangko Jepang yang bergambarkan bola dunia dengan peta kerajaan Jepang, kerbau yang sedang membajak, pantai laut dan lain-lain.

Masa Perang Mempertahankan Kemerdekaan
Bangsa Indonesia tidak melewatkan peluang emas pada hari hari terakhir perang dunia kedua ketika Jepang menyerah kepada sekutu dengan memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, tetapi pengambilalihan kekuasaan tidak berjalan dengan mulus, karena bala tentara Jepang tidak mau menyerahkan kekuasaan dan persenjataan mereka kepada pihak Indonesia. Demikian pula dengan pelayanan pos, selama lebih dari sebulan setelah Proklamasi Kemerdekaan RI masih ditangani olah Dinas Pos Jepang. Tetapi tanggal 29 September 1945, tentara Belanda yang membonceng tentara sekutu yang bertugas melucuti persenjataan Jepang mendarat di Batavia, terjadilah perang fisik yang paling berdarah dalam sejarah bangsa Indonesia yang menelan korban lebih dari 1 juta jiwa. Perang berlangsung sejak Oktober 1945 s.d akhir 1949.
Dari sudut Filateli masa tersebut sangat menarik karena ada 3 pelayanan pos yang diselenggarakan oleh dua negara yang bermusuhan diatas wilayah yang sama. Dikota-kota besar yang berhasil direbut Belanda berlangsung pelayanan pos dengan menggunakan prangko Ned-Indie, dilain pihak daerah yang masih dikuasai oleh RI pelayanan pos diselenggarakan oleh Djawatan PTT dengan menggunakan Prangko Indonesia. Prangko pertama yang dicetak oleh Pemerintahan Republik Indonesia yaitu "Memperingati setengah tahun merdeka", dalam memperingati 1 tahun Merdeka Pemerintah Indonesia menerbitkan prangko seri Revolusi tanpa perekat yang pada waktu di cetak di Jakarta.

Masa Demokrasi Liberal
Pada awal tahun 1950 setelah berakhirnya masa Perang Kemerdekaan, PTT Indonesia memulai lembaran baru dalam sejarahnya. Sebagai akibat taktik bumi hangus gerakan-gerakan gerilya pejuang, berpuluh-puluh Kantor Pos, Kantor Telegrap dan Kantor Telepon hancur. Hal ini merupakan tantangan bagi PTT karena dengan kejadian tersebut merupakan hambatan terhadap lancarnya usaha pengluasan dan pembangunan  Jawatan PTT. Salah satu sumber pendapatan Jawatan PTT untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran eksploitasi Perusahaan adalah hasil penjualan benda-benda pos, antara lain berbagai jenis prangko, sampul, warkatpos, kartupos, kupon balasan internasional formulir-formulir dan lain-lain. Dalam memnuhi kebutuhan tersebut maka diadakan pembaharuan  kontrak antara Jawatan PTT dengan N.V Joh.Enschede en Zonen di Haarlem (Negeri Belanda) untuk pencetakan prangko harga Rp 1,- keatas dalam masa  5 tahun mulai tanggal 1 Januari 1950.
Pada permulaan tahun 1950 mulai terdapat prangko : Prangko biasa seri Angka(smelt) yang terbit pada tanggal 1-1-1949, Prangko Biasa seri Bangunan(dengan gambar rumah dan candi) yang terbit pada tanggal 1-9-1949, Prangko Peringatan UPU seri UPU yang terbit pada tanggal 1-10-1949. Pada awal 1950 sebagian dari sisa persediaan Prangko Seri Angka dan Seri Bangunan dibubuhi cetak tindih "R.I.S" dan selama tahun 1950 diterbitkanlah prangko-prangko seperti Prangko RIS yang terbit pada tanggal 17-1-1950, Prangko Peringatan Seri Garuda diterbitkan pada tanggal 17-8-1950 dll.

Masa Demokrasi Terpimpin
Pada tahun 1959-1965 banyak juga prangko yang diterbitkan seperti Prangko Biasa, Prangko Peringatan, Prangko Istimewa dan Prangko Amal. Untuk memperingati Dekrit Presiden Soekarno tanggal 5 Juli 1959 yang menyatakan berlakunya kembali Undang-undang dasar 1945, dikeluarkanlah pada tanggal 17-8-1959 Prangko Peringatan "Berlakunya kembali UUD 1945" prangko tersebut terdiri dari 4 buah dengan harga 20 sen, 50 sen, 75 sen, Sampul Hari Pertama diterbitkan dengan harga Rp 7,50,-. Pada tanggal 26-10-1959 diterbitkan Prangko Peringatan seri Konperensi Kolombo ke II berhubung diadakannya Konperensi Rencana Kolombo ke II di Yogyakarta. Dalam tahun 1960 dikeluarkan Prangko Peringatan seri "Kongres Pemuda Seluruh Indonesia", tahun Pengunsi Sedunia, seri Hari Kesehatan Sedunia."Pembasmian Malaria" dan prangko amal seri "Hari SosialĂ­" dan prangko biasa seri Presiden dan seri Hasil Bumi. Pada tahun 1962 bertalian dengan Asian games ke IV di Jakarta tanggal 22 Agustus 1962 s.d 6 September 1962 diterbitkan seri Asian Games. Pada tahun 1963 diantaranya diterbitkan seri Bendera Merah Putih, dan pada tahun 1964 diterbitkan seri Presiden,Transport dan Komunikasi.
Selama masa Demokrasi Terpimpin ini Jawatan PTT, PN Postel dan PN Pos dan Giro mempunyai fungsi sosial dalam pengumpulan dana bagi badan-badan sosial memberikan hasil bersih dari harga tambahan prangko-prangko amal kepada badan-badan sosial.

Masa Orde Baru
Perkembangan prangko dimasa Orde Baru mulai tangggal 11 maret 1966 s.d akhir tahun 1980, banyak prangko yang telah diterbitkan sebagai contoh mulai dari prangko Pahlawan Revolusi yang terbit pada tahun 1966 s.d prangko Peringatan 10 Tahun AOPTS ( Asian Oceanic Postel Training School) yang terbit pada tanggal 10-9-1980.  Berbagai jenis prangko telah diterbitkan oleh pemerintah Indonesia semakin hari semakin baik prangko yang diterbitkan baik dari desain maupun bahannya. 

dibuat dari berbagai sumber

Senin, 27 Januari 2014

Sejarah Prangko Dunia


Prangko pertama merupakan hasil gagasan Sir Rowland Hill diterbitkan di Inggris pada tanggal 6 Mei 1840, dan merupakan prangko pertama yang resmi di dunia. Sebelumnya sudah ada prangko tetapi tidak resmi, tidak dapat dipakai oleh masyarakat umum, hanya digunakan oleh kaum bangsawan tertentu. Prangko pertama resmi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
  • Memuat gambar kepala Ratu Victoria.
  • Dicetak dalam warna hitam.
  • Memuat kata postage pada bagian atasnya.
  • Memuat kata-kata one penny pada bagian bawahnya.
The Penny Black
Mengingat warna tintanya hitam serta tulisan one penny yang menunjukkan harga nominalnya, prangko tersebut kemudian dikenal oleh masyarakat luas dengan julukan The Penny Black.

Kisah timbulnya gagasan untuk menerbitkan prangko oleh Sir Rowland Hill ternyata cukup menarik. Suatu ketika dilihatnya seorang pengantar menyerahkan sepucuk surat kepada seorang gadis. Sejenak setelah mengamati surat itu dengan teliti, gadis itu pun segera mengembalikan surat itu kepada pengantar pos dan menolak melunasi biaya pengiriman surat dengan alasan bahwa ia tidak punya uang.

Sir Rowland Hill mendekati gadis seraya bertanya apa sebab ia menolak menerima surat tersebut. Jawaban gadis tersebut ternyata mengejutkan. Surat yang ternyata datang dari kekasihnya itu memuat beberapa tanda/kode yang hanya diketahui oleh mereka berdua. Tanpa harus membuka surat itu pun gadis tersebut telah tahu apa sebenarnya maksud/isi surat. Jadi, buat apa ia harus susah-susah membayar ongkos kirim surat. Hal ini membuat Sir Rowland gusar, karena bila hal tersebut sering terjadi, alangkah ruginya dinas pos dan juga bagaimana nasib karyawan yang bekerja didalamnya. Selain kasus tersebut, yang membuat Sir Rowland juga memikirkan prangko adalah ketika Sir Rowland menekuni bidang perpajakan dan ilmu administrasi, sekaligus mengamati perkembangan sosial ekonomi di Inggris pada masa itu.

Pada tahun 1930, ketika negara Inggris berkembang menjadi negara industri, transportasi mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan. Jalan kereta api mulai membentang dari Barat ke Timur dan dari Utara ke Selatan. Pada waktu itu, Rowland Hill memikirkan bagaimana mendapatkan pemasukan uang untuk kas kerajaan dari pajak pengiriman surat-surat. Bahkan pikiran dari pajak pengiriman surat-surat. Bahkan pikiran Rowland Hill juga diganggu dengan pemberian hak bagi anggota Majelis Rendah dan Majelis Tinggi dalam parlemen untuk dapat mengirim surat secara cuma-cuma tanpa batas selain itu sistem pembayaran biaya pengiriman surat oleh penerima juga banyak merugikan dinas pos. Hal tersebut dilihat oleh Rowland Hill sebagai suatu pemborosan dan sangat merugikan kas kerajaan.

Oleh karena itu, pada tahun 1837 Rowland Hill mengajukan usul kepada parlemen yang antara lain mengemukakan hal-hal sebagai berikut.
  • Ongkos pengiriman surat harus diturunkan, dengan turunnya ongkos pengiriman surat, diharapkan terjadi peningkatan jumlah surat yang dikirim.
  • Untuk lebih merangsang masyarakat agar saling berkirim surat, perlu ditetapkan tarif pos yang seragam dengan tidak memandang jarak tempuh surat tersebut.
  • Untuk menghindari penyalahgunaan biaya pengiriman surat, biayanya harus dibayar dimuka dengan menempelkan secarik kertas tanda pelunasan yang saat ini kita kenal sebagai prangko.

Pemikiran ini awalnya mendapat tentangan dari Parlemen. Namun empat tahun kemudian tepatnya pada tahun 1840 usul Rowland Hill diterima Parlemen. Dari sinilah kemudian lahir prangko, carik kertas kecil yang dipakai sebagai tanda pelunasan pengiriman surat.
Setelah Inggris menerbitkan prangko pada tahun 1840, beberapa negara-negara lain pun segera mengikutinya antara lain Zurich, Jenewa, Basel (ketiganya di Swiss), Mauritius, Perancis, Bavaria, Amerika Serikat, dan Brasil.

Pada tanggal 1 April 1864, pemerintah Hindia Belanda yang waktu itu menguasai seluruh Nusantara menerbitkan prangko pertama kali. Prangko Hindia Belanda yang baru lahir itu berwarna merah anggur dengan harga nominal 10 sen dan menampilkan gambar Raja Willem III.

Jumat, 24 Januari 2014

Pembukaan

Dalam blog ini saya akan berbagi pengalaman saya dalam mengoleksi prangko. Saya memulai mengoleksi prangko sejak kelas 2 SMP dan sempat berhenti ketika memasuki kuliah tingkat akhir hingga kerja. Sekarang saya akan mencoba untuk menghidupkan kembali minat saya yang sempat terhenti dengan dimulai dari sharing apa yang saya miliki. Ditunggu komentar dan sharingnya juga.

Salam filateli...